Jangan Atur Rahimku - detikNews

Jangan Atur Rahimku  detikNews...
Jika mengingat proses kelahiran anak perempuan semata wayangnya, hati Putri, bukan nama sebenarnya, seolah kembali hancur berkeping-keping. Tak hanya merasakan dinginnya meja operasi dan sakitnya jahitan bedah pasca melahirkan, Putri harus menerima cemoohan orang di sekitarnya karena melahirkan lewat operasi caesar atau bedah caesar.“Saya sakit hati banget. Sampai sekarang anak saya udah usia 2 tahun pun mereka masih suka ungkit-ungkit lagi masalah itu,” tutur Putri minta identitasnya dirahasiakan. Seperti ibu pada umumnya, Putri sangat menanti perjumpaan pertama dengan sang buah hati. Jauh hari sebelum hamil dan menikah, Putri sudah mendambakan untuk melahirkan melalui persalinan pervaginam atau melahirkan dengan cara alamiah melalui jalan lahir bayi dan keluar lewat vagina. “Karena sepupu saya lebih sakit dari pada operasi normal. Saya udah bertekad, kalau bisa maunya, sih, normal,” tutur perempuan asal Lampung yang sehari-hari sibuk mengurusi anaknya. Manusia boleh berencana, namun Tuhan yang menentukan. Setibanya di rumah sakit, bukaan Putri tak kunjung bertambah. Pembukaan adalah proses membukanya leher rahim atau serviks sebagai jalur lahir bayi saat persalinan atau melahirkan. Pembukaan lahir ini harus genap berjumlah sepuluh. Semakin besar pembukaan, maka bayi akan semakin cepat keluar. Proses pembukaan sangat menguras tenaga. Perut Putri berkali-kali mengalami kontraksi hingga membuat sekujur tubuhnya bergetar menahan sakit. Proses bukaan ini bisa berlangsung selama berjam-jam hingga lebih dari sehari. Sudah sampai dua belas jam, Putri masih mandek di bukaan keenam. Cairan induksi yang bertujuan untuk merangsang kontraksi rahim untuk melancarkan persalinan melalui vagina sudah diberikan. Namun, bukaan tak kunjung bertambah juga.